Suatu ketika, ada seorang sahabat yang
mengalami kemiskinan luar biasa. Beberapa hari terlewat tanpa ada
sesuatu yang bisa diberikan kepada anak atau istrinya.
Keadaan ini membuat si istri menyarankan
agar meminta bantuan Rasulullah saw. Siapa tahu beliau memberikan jalan
keluar. Toh, selama ini tak ada seorangpun pernah ditolak permintaannya.
Sahabat tersebutpun kemudian membenarkan perkataan istrinya. Karena itu, ia bergegas pergi menuju rumah Rasulullah saw.
Di tengah jalan, tiba-tiba ia teringat hadits Rasulullah saw “Barangsiapa
memohon pertolongan kepadaku akan kuberi ia pertolongan. Dan
barangsiapa yang mencukupkan diri maka Allah swt akan mencukupkan
dirinya”.
Entah mengapa dengan teringat hadits ini,
sahabat tersebut mengurungkan niatnya untuk pergi ke rumah Rasulullah
saw. Ia kembali ke rumah.
Namun sesampainya di rumah, sahabat ini
mendapati dirinya diliputi kemelaratan dan ketidak berdayaan. Tak ada
jalan pemecahan. Karena itu, ia kembali bermaksud menemui Rasulullah saw
untuk minta bantuan.
Tetapi di tengah jalan ia kembali
berhenti. Ia urung menghadap Rasulullah saw. Ingatannya kembali ke
hadits tadi. Tiba-tiba dalam perenungannya, terbersit ketenangan melanda
batinnya, ada kesadaran baru menghinggapi jiwanya. Sebenarnya kunci
pembuka keluar dari kemiskinan hidup sudah ada di tangannya sendiri.
“Pantang diriku untuk meminta tolong
kepada sesama manusia. Satu-satunya tempat bersandar adalah Allah swt.
Aku mesti minta tolong pada-Nya. Cukuplah Dia sebagai tempatku mengadu.
Allah swt telah memberikan kekuatan dan menyediakan alam, tinggal diriku
berjuang mengatasi masalah yang kuhadapi. Tiada pemberi kekuatan
kecuali Allah swt”, tekad sahabat itu di dalam hati.
Lantas pertanyaan lain menggelayut di pikirannya. « Apa pekerjaan yang bisa aku lakukan ? »
Setelah
lama berpikir apa yang dibutuhkan masyarakat dan kemampuan yang
dimiliki, sabahat itupun memilih pekerjaan mencari kayu bakar. Yang
dimulainya dengan meminjam kapak tetangga, ia berangkat ke padang,
dikumpulkannya sejumlah kayu, selanjutnya dibawanya ke kota untuk
dijual.
Lama-kelamaan usaha ini mengalami
perkembangan yang tak terduga. Mula-mula hasil penjualan kayu bakar itu
bisa mencukupi kebutuhan keluarga, kemudian bisa digunakan membeli unta
dan memperkerjakan orang, dan akhirnya kekayaannya terus bertambah
berlipat-lipat. Iapun menjadi orang terkaya.
Hingga pada suatu hari ia bertemu
Rasulullah saw. Maka diceritakannya bagaimana dulu ia dalam keadaan
miskin, berniat minta bantuan beliau namun urung dilakukannya karena
teringat hadits.
Sabda Rasulullah saw, « Memang aku
pernah berkata seperti itu, siapa saja yang memohon kepadaku akan
kutolong dia. Dan siapa saja yang mencukupkan dirinya maka Allah swt
akan mencukupinya ».
0 komentar:
Posting Komentar