Al-Ghazaly Mengubur Gurunya Sendiri Hidup-hidup

/ Minggu, 04 Mei 2014 /


Yang kita bicarakan di sini adalah seorang alim bernama Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazaly, berkuniyyah Abu Hamid. Beliau seorang alim di bidang Fiqh (madzhab Syafi'i), tampak melalui kitab beliau berjulud al-Wasiith fi al-Madzhab, juga kitab ringkasannya bernama al-Wajiiz, yang kemudian disyarh oleh Abdul Kariim ar-Rafi'iy (w. 623 H) menjadi kitab besar bernama Fathul Aziiz, sehingga pintu gerbang keilmuan Fiqh Syafi'i terbuka seluas-luasnya terutama setelah kedatangan an-Nawawy (w. 676 H) dengan 3 kitab saktinya, yaitu Minhaaj ath-Thaalibin, Raudhah ath-Thaalibiin dan al-Majmuu' Syarh al-Muhadzdzab.

Al-Ghazaly tergolong pembangkit ilmu Ushul Fiqh melalui kitab legendarisnya, al-Mustashfaa, yang kemudian Ibnu Qudamah al-Maqdisy (w. 620 H), seorang ulama mujtahid dari madzhab Hanbali mengukir kitab Raudhah an-Naazhir wa Jannah al-Munaazhir, berdasarkan madhmun dan tartib kitab al-Mustashfa karya al-Ghazaly.

Al-Ghazaly adalah seorang ilmuwan cerdas, lebih cerdas dari guru-gurunya. Saking cerdasnya, beliau mengubur gurunya hidup-hidup!

Suatu kala di masa beliau masih belajar dan mendalami ilmu, beliau menulis sebuah karya di bidang Ushul Fiqh yang dinamakan al-Mankhuul min Ta'liiqaat al-Ushuul. Kitab ini asalnya adalah catatan beliau dari dirasat dan kajian selama berguru pada para guru.

Selesai mengkhatamkan karya, beliau datang pada guru tertingginya, yaitu Abu al-Ma'aaly Abdul Malik al-Juwainy (w. 478 H), ulama besar penulis kitab al-Burhan dan al-Waraqaat di bidang Ushul Fiqh.

Sang guru terkaget.

Al-Juwainy, sang guru pun berkata padanya:

دفنتني وانا حي، هلا صبرت ﺣﺘﻰ اموت؟!

"Kamu telah menguburku hidup-hidup!!! Tidakkah kamu bersabar hingga aku mati?!"

Maksud dari kalam al-Juwainy: "Kitabmu ini telah mengubur karyaku (di bidang Ushul Fiqh)! Kenapa kamu karyakan sekarang? Bukankah lebih baik kau karyakan setelah wafatku?!"

Begitulah pengakuan dan kekaguman tersirat dari sang guru besar. Dan itu baru kitab al-Mankhuul, bagaimana jadinya jika al-Juwainy melihat karya beliau setelah meninggalnya, yaitu al-Mustashfaa? Akan lebih tercekat lagi.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 @Kripul_, All rights reserved
Design by Ipoel. Powered by Blogger